Plank

Penampakan plang kantor yayasan ATMA Solo.

Banner Perjuangan Untuk Perempuan

Perempuan berhak mendapat keadilan dan bebas dari kekerasan

Salah satu prog ATMA

Pelatihan pencegahan dan penanganan di Wonogiri yang merupakan kerja sama dengan WDP pada tahun 2012

Meeting

Pertemuan dengan WDP

Meeting2

Pertemuan yang diadakan oleh ATMA

Pages

Friday, November 7, 2014

Kenali Anak Pra-Remaja

Perubahan Pada Anak Saat Memasuki Usia Pra-Remaja Yang Harus Diketahui Oleh Orang Tua

Pertumbuhan anak pada usia pra-remaja/tunas remaja, biasanya umur 12-14 tahun atau pada saat masa SMP (Sekolah Menengah Pertama), terkadang mengejutkan bagi orang tua. Mereka berubah secara cepat, baik secara jasmani, mental, emosi dan rohani. Sehingga orang tua menjadi tidak mengenali mereka. Orang tua harusnya mencoba memahami perubahan yang terjadi pada anaknya, bukanlah menghalangi pertumbuhan tersebut. Secara tubuh anak pra-remaja berkembang menjadi seperti orang dewasa. akan tetapi dari segi kejiwaan mereka masih anak-anak. Dan hal ini terkadang membingungkan mereka, karena meskipun mereka tidak dianggap menjadi anak-anak, tetapi mereka belum diterima di lingkungan orang dewasa. Orang tua haruslah mengerti perubahan yang terjadi pada anak usia pra-remaja, menerima dan membimbing mereka menjadi lebih dewasa. Perubahan yang ada apa saja dapat kita lihat sebagai berikut:

Yayasan ATMA
Biarkan mereka berkembang dalam bimbingan orang tua akan membuat mereka menjadi berprestasi

1. Perubahan pada ciri khas jasmani

  1. Pertumbuhan fisik berkembang sangat pesat, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan. Mereka merasa resah karena hal tersebut, untuk itu mereka membutuhkan perhatian dan pengertian, serta makanan yang bergizi.
  2. Berat dan tinggi badan anak perempuan bertambah lebih cepat dari anak laki-laki. Rata-rata anak perempuan memang memiliki kedewasaan fisiologis dua tahun lebih cepat dibanding anak laki- laki. Baik laki-laki maupun perempuan pada usia ini amat peka akan keadaan fisik mereka. Karena itu, dalam membina hubungan yang sehat, jangan biarkan mereka (termasuk gurunya) membuat gurauan/ledekan mengenai keberadaan fisik anak-anak ini. 
  3. Sudah mulai mengalami proses kematangan seksual, dimana anak perempuan mulai mengalami mensturasi. Orang tua sebaiknya mulai menyadari hal ini dengan memberikan waktu untuk berbicara secara pribadi kepada mereka, karena sering mereka malu berbicara tentang hal ini dengan orang tua mereka sendiri.
  4. Pita suara semakin dewasa, yang menyebabkan suara anak laki-laki berubah. Besar kemungkinan sebagian anak laki-laki merasa malu karenanya dan enggan untuk menyanyi. Untuk itu, orang tua dengan bijaksana harus menyadari hal ini dan tidak memberi celaan kalau suara mereka mengganggu dalam paduan suara. Sebaliknya berikan dorongan pada mereka, tapi bukan dengan paksaan.
  5. Pertumbuhan jasmani yang pesat mengakibatkan gerak-gerik anak pra-remaja menjadi kurang lincah, misalnya: mudah menumpahkan sesuatu, kakinya tersandung, dsb. Masa ini dapat menjadi masa usia dimana mereka seringkali merasa kikuk. Oleh karena itu orang tua sebaiknya bersikap sabar dan penuh pengertian pada mereka.
  6. Memasuki masa remaja, anak-anak ini tidak lagi terlalu suka melakukan berbagai permainan/kegiatan yang menuntut aktivitas seluruh anggota tubuh mereka (seperti layaknya dilakukan oleh anak-anak usia pratama dan madya). Mereka sekarang cenderung menyukai permainan kelompok, permainan yang mempunyai peraturan tertentu serta menuntut ketrampilan. Ketrampilan, keahlian serta kemampuan fisik merupakan sesuatu yang amat penting, terutama bagi anak laki-laki.

2. Perubahan secara mental 

  1. Usia pra-remaja merupakan usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi orang tua untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka.
  2. Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. orang tua sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb.
  3. Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra-remaja. Bila memungkinkan, guru di sekolah dapat menghadirkan “tokoh” dalam diskusi tersebut. Sedangkan untuk orang tua yang berada di rumah dapat mengajak berdiskusi secara langsung, atau juga bisa memberikan contoh dengan bantuan video.
  4. Anak pra-remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua.
  5. Mereka masih suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya. Seringkali mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia pra-remaja ini dapat bertemu dengan orang- orang yang dapat menantangnya dan menunjukkan mereka kehidupan yang nyata.
  6. Mereka mulai peka melihat dan mengalami ketidaksinambungan yang mencolok antara kepercayaan dan praktek. Meskipun anak pra-remaja memiliki pengetahuan tentang benar dan salah, kadang-kadang kehendak mereka untuk melakukan apa yang benar — seperti yang diyakininya, tidak ada. Untuk itu, guru dan orang tua harus acapkali menekankan pentingnya mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan iman percaya mereka.

3. Perubahan secara emosi 

  1. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Guru atau orang tua sebaiknya bertindak sabar dan penuh pengertian dalam membimbing mereka. Penjelasan dari sudut pandang ilmu psikologi mungkin diperlukan untuk memberikan “alasan logis” pada mereka mengenai apa yang tengah terjadi di dalam diri mereka pada usia pra-remaja ini.
  2. Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Hal ini wajar terjadi dalam diri anak pra-remaja, asal tidak berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anak-anak usia pra-remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru atau orang tua yang dapat menjadi “teman baik” mereka dalam menghadapi berbagai pergumulan hidupnya.

4. Perubahan secara sosial 

  1. Boleh dikatakan seorang anak pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Bilamana seorang anak diombang-ambingkan oleh tekanan dari teman sebaya, ia perlu sekali mengetahui apa standar Allah mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Allah tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tsb. Selain itu peran orang tua harus turut serta menjadi "teman" anak usia pra-remaja, sehingga orang tua sendiri mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh anak mereka. Dan tentunya dapat memberikan jawaban dan nasehat yang bijaksana.
  2. Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini. Orang tua haruslah membimbing putra dan putri mereka mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Mengenai pacaran yang sehat dan bahayanya pergaulan bebas.

Tuesday, November 4, 2014

Anak Usia Pra-Remaja Mulai Berubah?

Menjadi Sahabat Bagi Anak Pra-Remaja

Yayasan ATMA
Anak Usia Pra-Remaja

Pahami anak pra-remaja

Usia Pra-Remaja adalah usia anak yang sudah mulai masuk tahap SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pada usia ini anak mulai mencari jati diri, mereka mulai menyukai apa yang disukai oleh teman-teman, mulai terpengaruh dengan apa yang dinamakan trend. Dan ketika mereka tidak mengikuti hal itu, anak usia pra-remaja akan merasa dijauhi dan tidak mempunyai teman. Anak usia pra-remaja memang selalu ingin eksis dihadapan teman-temannya, sehingga teman adalah hal yang penting bagi mereka.

Perbedaan pendapat ataupun pemikiran yang menghasilkan perselisihan antara orang tua dan anak pada usia pra-remaja merupakan hal yang biasa. Oleh karena itu, orang tua harus menghadapi permasalahan yang ada dengan sabar dan bijak. Terkadang anak pra-remaja tidak melihat orang tua menjadi pujaan atau figur teladan mereka. 

Anak pada usia pra-remaja mulai mencari jati diri dan mulai berusaha mandiri, akan tetapi terkadang orang tua tidak mengerti, dan yang dilihat oleh orang tua adalah anak seperti memberontak kepada orang tua. Anak pra-remaja biasanya lebih dapat terbuka kepada temannya, daripada orang tuanya sendiri. Yang diperlukan anak adalah "ruang" bagi mereka untuk menjadi mandiri. Karena pasti akan tiba saatnya mereka menjadi pengertian kembali kepada orang tua.

Anak usia pra-remaja memiliki permasalahannya sendiri. Mereka mulai ingin membeli barang untuk kebutuhannya sendiri, seperti handphone, pakaian, dan lain-lain, hanya agar dapat diterima dan dilihat keren oleh teman-temannya. Mereka juga mulai menyukai lawan jenis, dan tak sedikit yang mencoba untuk berpacaran. Belum lagi masalah pelajaran sekolah yang tiap hari makin sulit. Anak usia pra-remaja, merasakan setiap masalah yang ada sangatlah besar. Mereka terkadang sulit untuk memilih, apakah menjadi pribadi yang unik atau menjadi orang yang populer dihadapan teman-temannya. Peran orang tua sangatlah diperlukan disini. Selain sebagai support, orang tua juga harus dapat membimbing mereka tetapi juga menjadi teman bagi mereka. Beberapa sikap yang dapat diambil oleh orang tua untuk menghadapi perubahan-perubahan sikap bagi remaja, adalah sebagai berikut:

1. Biarkan Anak Belajar Dari Kesalahan

Pengalaman adalah guru yang terbaik, terkadang hal tersebut menjadi benar dan nyata di kehidupan. Anak usia pra-remaja sering melakukan kesalahan, dan biarkanlah mereka belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Tetapi orang tua juga harus tetap mengingatkan dan berusaha menjadi filter terhadap hal buruk yang dapat terjadi pada anak usia pra-remaja. 

2. Waktu Terus Berlalu Dan Jamanpun Berubah

Jangan pernah mencoba menyamakan anda waktu seusia anak pra-remaja, dengan anak anda, karena jaman telah berubah dan kebutuhan yang ada menjadi berbeda. Mungkin saja dulu hal tersebut bukanlah suatu keharusan, tetapi sekarang adalah kebutuhan. Karena anak usia pra-remaja membutuhkan pengakuan oleh teman-teman sebayanya. Segala kebutuhan yang saat ini ada, tidaklah semuanya adalah hal yang baik, dan anak usia pra-remaja terkadang ingin mencoba segalanya, biarkanlah mereka mencoba dan belajar dari segala yang pernah dicobanya. Orang tua hanyalah dapat membantu dan mendorong anak untuk mencoba berpikir akan dampak positif ataupun negatif dari hal baru yang anak usia pra-remaja lakukan.

3. Anak Mulai Berubah Dan Membuat Orang Tua Jengkel

Anak-anak pada usia pra-remaja memang memiliki insting alami untuk melanggar batasan-batasan yang ada. Ada kalanya dimana orang tua perlu melonggarkan dan menyesuaikan batasan-batasan yang telah dibuat orang tua agar dapat selaras dengan tingkat kedewasaan dan kemandiriannya yang meningkat. Semuanya butuh waktu agar anak menjadi mulai mengerti orang tua kembali.

4. Kenali Emosi Anak Usia Pra-Remaja

Anak usia pra-remaja memiliki emosi yang sangat labil. Orang tua perlu mengenali dan mengarahkan agar anak usia pra remaja dapat mengendalikan diri. Mengembangkan kecerdasan emosional menjadi tujuan yang sangat penting bagi anak usia pra-remaja. Kecerdasan emosional, berarti anak dapat mengenali, mengekspresikan dan mengendalikan emosi diri sendiri, selain itu mereka juga dapat mendengarkan dan memahami perasaan orang lain.

5. Kecerdasan Spiritual Juga Merupakan Kebutuhan

Kecerdasan spiritual memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kecerdasan emosional. Maka dari itu selalu bimbinglah anak anda untuk selalu mengenal dan berjalan pada jalan Tuhan Yang Maha Esa. Selalu ajak anak anda untuk mengikuti pelajaran keagamaan atau acara keagamaan yang ada di luar sekolah. 

6. Anda Adalah Orang Tua

Hal yang harus selalu diingat oleh orang tua dan wali seorang anak adalah yang memiliki kewenangan dan kewajiban untuk membimbing, mengatur dan memikirkan kesejahteraan anak. Karena anda adalah orang tua, dan tentunya memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada anak, maka tentu saja anda haruslah lebih bijaksana daripada anak, sehingga saran atau nasehat yang anda berikan seharusnya dapat membuat anak usia pra-remaja menjadi lebih positif.

Monday, November 3, 2014

Mengajak Anak Kreatif? Kenapa Tidak?

Ajarkan Anak Anda Menjadi Kreatif

Anak Dapat Menjadi Kreatif Dengan Mengembangkan Kemampuannya Berimajinasi
Foto oleh: Tri Susanto (Indonesia Mengajar)

Anak yang kreatif merupakan harapan dan impian setiap orang tua. Anak menjadi aktif dan suka bertanya, tentunya membuat orang tua merasa bahwa anaknya berkembang menjadi lebih kreatif. Dengan menjadi kreatif, anak-anak memiliki keahlian yang lebih daripada anak lain, hal ini menjadi membuat orang tua bangga. Anak dapat menjadi kreatif tergantung dari cara mendidik orang tua. Ada beberapa tips, agar anak menjadi kreatif:

1. Berikan Ruang Gerak Yang Luas Untuk Anak

Anak-anak ketika masa perkembangan selalu ingin tau dan mencoba hal-hal baru. Sebagai orang tua tentu kita terkadang merasa khawatir akan keselamatan ataupun kesehatan si anak. Akan tetapi demi perkembangan anak, orang tua harus bersabar dan memberikan kebebasan bagi si anak. Tentunya kebebasan tersebut haruslah kebebasan yang bertanggung jawab bagi si anak dan tetap dalam pengawasan orang tua. Si anak harus diajarkan bertanggung jawab akan kebebasan yang dimiliki, agar dapat berkembang ke arah yang positif, sehingga kedepannya mereka memiliki rasa tanggung jawab akan perbuatannya. 

2. Memberikan Nasehat Ataupun Arahan Yang Masuk Akal

Terkadang anak dapat menjadi sangat nakal, ketika diberi kebebasan. Karena mereka terkadang belum mengerti akan hal yang benar dan salah. Orang tua sudah seharusnya selalu memberikan pengawasan, dan ketika yang dilakukan anak adalah hal yang salah, maka sebaiknya diberikan nasehat ataupun arahan. Terkadang anak juga memberikan pertanyaan kepada orang tua akan hal yang baru dan tidak dimengerti oleh anak. Orang tua sebisa mungkin menjawab dengan jawaban yang logis dan masuk akal. Itupun berlaku juga ketika memberikan nasehat, apabila melarang anak melakukan sesuatu, haruslah diberikan pengertian yang masuk akal bagi anak. Sehingga anak dapat mengerti tentang yang diingini oleh orang tua.

3. Kesabaran Merupakan Akar Untuk Mengarahkan Anak

Anak-anak seringkali melakukan kesalahan yang sama berulang-kali. Mereka juga seringkali bertanya secara terus menerus dan seakan-akan mengejar orang tua dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Itu merupakan hal biasa dan orang tua dituntut untuk memberikan kesabarannya dalam membimbing anak-anak. Mengarahkan anak dengan penuh kesabaran, tentunya dapat membuat anak menjadi merasa nyaman dan akan terus berkembang menjadi lebih kreatif.

4. Berikan Pengertian-Pengertian Dengan Penuh Kasih Sayang

Orang tua juga terkadang dapat emosi, ketika membimbing anak-anak. Hal tersebut memang wajar, karena orang tua juga manusia yang memiliki batas kesabaran. Tetapi ketika emosi sudah mulai mereda, sebaiknya orang tua juga meminta maaf kepada anak. Meminta maaf bukan berarti orang tua sepenuhnya salah, akan tetapi menunjukkan bahwa orang tua sebenarnya menyayangi anak walaupun terkadang marah dengan perlakuan mereka. Ketika sudah dapat mengajak bicara secara sabar dengan anak, maka sebaiknya mulai berikan pengertian ataupun nasehat, tetapi dengan penuh kasih sayang, karena ketika anak anda senantiasa merasakan kasih sayang, pastilah mereka dapat lebih berkembang menjadi kreatif, karena merasa didukung oleh orang tua.

5. Mengajak Anak Bermain Permainan Yang Kreatif

Saat ini telah banyak permainan yang dapat membantu perkembangan anak dengan mengasah kemampuan otak anak. Orang tua hanya butuh selektif memilih permainan yang ada dan mengajak anak bermain dengan permainan tersebut. Apabila harga permainan yang ada cukup mahal, orang tua dapat memilih alternatif permainan lain. Seperti dengan mengajak anak bercerita melalui boneka, hal tersebut juga mengembangkan imajinasi anak dalam membuat cerita. Atau bisa juga membuat mobil-mobilan dari barang bekas.

6. Mengajak Anak Liburan Yang Kreatif

Masa-masa liburan merupakan saat-saat yang menyenangkan bagi anak. Saat itulah sebaiknya orang tua yang selalu sibuk bekerja berusaha meluangkan waktu bagi anaknya untuk mengajak liburan, tentunya liburan yang kreatif. Liburan yang kreatif adalah liburan yang juga dapat mengasah kemampuan kekreatifan anak. Seperti outbond, ke tempat kerajinan yang dapat membuat kerajinan sendiri, atau ke museum.

Thursday, October 30, 2014

Cara Mendidik Mental Anak-Anak

Revolusi Mental Harus Dilakukan Sejak Dini

Yayasan ATMA
Anak-anak dapat bertumbuh kembang menjadi lebih positif dengan perhatian dari orang tua
Foto oleh: Terima kasih kepada Tri Susanto (Indonesia Mengajar)

Anak Merupakan Titipan Yang Maha Kuasa

Anak adalah anugrah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada para orang tua, dan merupakan kewajiban bagi orang tua dan hak bagi sang anak sendiri untuk mendapatkan kebahagian. Dalam pertumbuhannya menjadi seorang dewasa, anak memiliki berbagai macam pengaruh dari luar, akan tetapi pengaruh yang paling besar tentu saja dari orang tuanya sendiri, yang merupakan keluarga inti dari sang anak. Selain kebutuhan jasmani yang berupa makanan bergisi dan nutrisi, anak juga membutuhkan bimbingan rohani, agar kelak dapat menjadi seorang dewasa yang baik. Dikatakan baik adalah mampu bersosialisasi dalam masyarakat dan diterima oleh masyarakat.

Untuk dapat diterima di masyarakat, maka seseorang haruslah memiliki karakter yang tidak menyimpang. Atau sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Anak kecil yang dalam masa pertumbuhan, sangat membutuhkan bimbingan dan pendidikan dari semua lingkungan yang berinteraksi dengan anak tersebut. Tentu saja lingkungan tersebut tidak semuanya positif, dan orang tua sendiri sangatlah tidak mungkin mengawasi dan mengatur lingkungan yang berinteraksi dengan anaknya setiap saat. Anak yang sedang mencari jati diri, memiliki kecenderungan lepas kontrol dari orang tuanya. 

Tentunya orang tua tidak mengharapkan hal tersebut terjadi pada anaknya. Maka pembentukan mental yang berbudi pekerti yang luhur, perlu ditanamkan sejak dini. Bagaimanapun juga peran orang tua adalah krusial pada saat pembentukan mental anak. 

Berikut merupakan beberapa saran yang dapat orang tua lakukan dalam mendidik mental anak:

1. Tanamkan pendidikan agama serta kebiasaan-kebiasaan yang baik.

Agama merupakan dasar dari pribadi yang baik pada setiap manusia. Dengan beragama secara tidak langsung telah mengajarkan berprilaku yang baik pada anak. Contohnya dapat mengajak anak untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, selain itu juga dapat membuat kegiatan keagamaan yang bersifat internal dalam keluarga, seperti doa bersama. Anak biasanya mencontoh langsung sikap dan sifat dari orang tua, maka dari itu dengan mengajak anak melakukan kebiasaan yang baik, maka telah menanamkan kepribadian yang baik juga. Kebiasaan tersebut dapat berupa, merapikan tempat tidur, membersihkan rumah, gotong royong, tidak boros, dan sebagainya.

2. Dampingi anak setiap saat

Mendampingi anak pada saat belajar ataupun bermain, karena anak yang sedang bertumbuh dan berkembang sangat ingin tau akan hal-hal yang baru. Pendampingan orang tua pada masa-masa ini adalah hal yang penting. Terkadang anak mendapat pengetahuan baru dan ingin lebih tau tentang hal baru itu, peran orang tua dapat membantu anak dalam memberi penjelasan dan juga filter apabila pengetahuan yang ada tersebut adalah hal yang negatif. Pada saat menonton TV sebisa mungkin anak harus didampingi orang tua, karena banyak tontonan yang ada dalam televisi belum layak ditonton oleh anak.

3. Menumbuhkembangkan hobi anak yang positif

Anak-anak dari kecil tentunya sudah memiliki hobi dan kegemaran, seperti menari, melukis, menyanyi, bermain komputer, bermain sepakbola dan lainnya. Apabila hobi tersebut menunjukkan sisi positif, sebagai orang tua harusnya lebih mendukung hobi anak tersebut. Dengan diberikannya perhatian akan wadah kegemarannya, anak akan lebih merasa senang dan lebih terkonsentrasi terhadap kegemarannya, sehingga kedepannya anak akan berkembang lebih ke positif.

4. Memberikan reward/hadiah kepada anak

Ketika anak berhasil melakukan suatu keberhasilan, seperti naik kelas, menjadi juara suatu perlombaan, ataupun hanya sekedar mendapatkan nilai bagus pada ulangannya, sebisa mungkin hargai keberhasilan anak walaupun hal tersebut merupakan hal kecil bagi orang tua. Dengan memberikan penghargaan/hadiah kepada keberhasilan anak, dapat membuat anak lebih berkembang ke arah positif. Penghargaan atau hadiah yang diberikan kepada anak tidak harus berupa barang, tetapi dapat juga berupa pujian yang langsung disampaikan ke anak.

5. Jangan pernah memberikan hukuman yang berat kepada anak

Memberikan hukuman, ketika anak melakukan kesalahan adalah hal yang wajar, tetapi apabila hukuman tersebut terlalu keras akan berpengaruh kepada kepribadian anak. Karena anak-anak yang dalam masa pertumbuhan masih memiliki kejiwaan yang rentan, dan didikan yang keras akan manumbuhkan jiwa pemberontak dalam diri anak. Cara yang lebih baik adalah dengan memberikan nasihat dan kalau ingin menghukum, berikan hukuman yang dapat membuat anak menjadi lebih positif. Seperti membersihkan kamar mandi, membersihkan rumah dan lainnya.

6. Memberikan perhatian kepada anak

Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan terkadang sering mengalami perubahan emosi setiap hari. Setiap perubahan yang ada dapat berpengaruh ke dalam kejiwaan anak. Sebaiknya orang tua memberikan perhatian kepada anak terhadap setiap perubahan tersebut. Ajaklah anak mengobrol, hanya untuk sekedar mendengar keluhan ataupun cerita dari anak. 

7. Kebersamaan dengan keluarga

Agar anak juga dapat bertumbuh dengan positif, seringlah melakukan kegiatan bersama dengan keluarga. Seperti liburan bersama, jalan-jalan/refreshing bersama atau bahkan makan bersama keluarga. Dengan adanya kebersamaan dengan keluarga, anak akan menjadi dekat dengan orang tua, dan kasih sayang orang tua akan dirasakan secara langsung oleh anak.

Tuesday, October 21, 2014

Pelatihan Pemberdayaan Hukum: Pencegahan dan Deteksi Dini Anak Berhadapan dengan Hukum

Kemampuan Deteksi Dini Anak Berhadapan Dengan Hukum

Pada hari jumat, 3 Oktober 2014 ATMA mengadakan pelatihan pemberdayaan masyarakat khususnya dibidang hukum, dengan jenis ketrampilan pencegahan dan deteksi dini terjadinya anak berhadapan dengan hukum. Kegiatan pelatihan ini bertempat di Kelompok Bermain Etnika, Mojolaban jam 09.15 - 11.30.

Pelatihan pemberdayaan hukum
Adi C. Kristiyanto, SH. menjadi fasilitator dalam kegiatan pelatihan di Mojolaban

Friday, October 10, 2014

Pelatihan Ketrampilan Dalam Penanganan Awal Kasus KDRT

Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Kelompok Masyarakat Desa Dukuh Untuk Pendampingan Penanganan Kasus KDRT

Pada hari Minggu, 21 September 2014 bertempat di RT 02 RW 08 Desa Dukuh, Mojolaban dari jam 15.00-17.30, ATMA mengadakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat desa dukuh, untuk memberikan ketrampilan dan penanganan awal kasus KDRT.


Fasilitator pelatihan
Adi C. Kristiyanto, SH saat menjadi fasilitator di pelatihan

Pelatihan ketrampilan dan penanganan awal kasus KDRT

Acara pelatihan ini dibuka oleh ketua RT setempat, bersamaan dengan itu ketua RT juga menyampaikan ucapan terima kasih, karena warganya terutama bagi ibu-ibu diberi kesempatan untuk mendapatkan pelatihan dan meningkatan ketrampilan ketika mendampingi kasus-kasus KDRT dan berharap ibu-ibu peserta dapat memahami materi yang ada.

Adi C.Kristiyanto, SH yang menjadi fasilitator pada pelatihan ini, mengawali pelatihan dengan memutarkan film animasi tentang peran istri dalam sebuah keluarga dan bagaimana istri bermimpi adanya kerjasama antara suami, istri dan anak-anaknya dalam penyelenggaraan rumah tangga. 

Kemudian fasilitator menjelaskan tentang:
  1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan dalam rumah tangga, yaitu setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.  (UU PKDRT No 23 Tahun 2004).
  2. Jenis kekerasan dalam rumah tangga, yang dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga. Fasilitator juga menyebutkan contoh-contoh dari kekerasan-kekerasan tersebut.
  3. Efek kekerasan rumah tangga bagi korban yang antara lain adalah : a). Korban yang mengalami luka fisik amat parah bisa mengurangi produktifitas kerja karena harus menjalani perawatan intensif; b). KDRT yang dilakukan terus-menerus berdampak pada ganggungan psikologis korban; dan c). Anak menjadi murung, minder bersosialisasi, mengganggu konsentrasi belajar.
  4. Instrumen hukum untuk menangani kekerasan dalam rumah tangga. Instrumen hukum ada internasional dan nasional.
Setelah penjelasan singkat tentang KDRT, Adi C.Kristiyanto, SH juga menerangkan tentang pendampingan untuk korban KDRT. Peran dan tugas dari para pendamping beserta langkah-langkah yang sebaiknya diambil oleh para pendamping korban KDRT.

Ketika sesi tanya-jawab, muncul pertanyaan "Apabila suami sudah ikut serta dalam pekerjaan rumah tangga tapi tetap dimarahi oleh istri, apakah itu juga termasuk KDRT" oleh salah satu warga. dan di jawab oleh Adi C.Kritiyanto, SH "Itu juga termasuk KDRT, karena yang menjadi korban KDRT tidak hanya istri, tetapi bisa suami dan anak-anak atau bahkan anggota keluarga yang lain. Oleh sebab itu sebaiknya antara suami dan istri terjalin komunikasi yang baik, sehingga masing-masing pihak memahami keinginan dan kebutuhan pasangannya".

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

kekerasan dalam rumah tangga
KDRT
Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau yang lebih dikenal dengan istilah KDRT, seolah menjadi persoalan yang rumit, sulit dikenali dan sulit pula di kendalikan. Bagaikan persoalan berkembangnya virus HIV Aids yang digambarkan sebagai Gunung es, tampak mengerucut, kecil di permukaannya tetapi semakin ke dalam semakin membesar.

Kondisi tersebut terjadi karena banyak orang yang sulit atau tidak mau mengungkapkan masalah-masalah dalam keluarga/rumah tangga karena malu kalau orang lain mengetahui. Banyak orang, terutama perempuan  lebih memilih diam dari pada berbicara yang akan mengakibatkan suami/laki-laki melakukan sesuatu yang lebih berat lagi. Ironisnya, berbagai peristiwa KDRT yang masih terselubung melanda keluarga-keluarga yang ada di sekitar kita.

Menanggapi hal tersebut, Yayasan ATMA yang sejak 10 tahun yang lalu menjadi pendamping hukum dan psikososial bagi perempuan dan anak, memberikan pelatihan ketrampilan bagi ibu-ibu Desa Dukuh agar mereka mampu mendampingi para korban KDRT di lingkungannya.

Tujuan Kegiatan Pelatihan

Pelatihan ini diberikan dengan tujuan :
  1. Membuka wawasan peserta tentang berbagai peristiwa KDRT yang terjadi di sekitar kehidupannya.
  2. Menumbuhkan keberanian para peserta agar memiliki tekad yang kuat untuk mengatasi KDRT yang terjadi di lingkungannya.
  3. Memberikan bekal ketrampilan kepada peserta agar dapat melakukan tugasnya sebagai pendamping dalam penanganan awal korban KDRT. 

Materi yang diberikan

Materi yang diberikan pada pelatihan ini adalah:
  1. Penjelasan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, baik definisi, jenis kekerasan, efek kekerasan terhadap para korban, dan instrumen hukum dalam penanganan KDRT.
  2. Prinsip-prinsip pendampingan, mulai dari apa yang dimaksud dengan pendamping, layanan yang bisa diberikan oleh pendamping, nilai yang harus dipegang oleh seorang pendamping, dan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penanganan kasus KDRT.

Friday, September 26, 2014

Adakah Hak Asasi ABH Yang Berada Dalam Penjara? (part 2)

Perlindungan Anak dan Peradilan Anak

Peradilan Anak dan Perlindungan Anak merupakan dua hal yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama. Kedua hal tersebut untuk memberikan hak kepada anak-anak yang notabene berbeda dengan orang dewasa. 

Hak Anak
Children of War by Leon Pessler
Anak berada dalam posisi yang rawan ketika terjadi konflik atau peristiwa lainnya. Dalam peperangan, perbudakan, atau peristiwa lainnya, anak seringkali dipergunakan sebagai tameng hidup atau dipekerjakan untuk menekan biaya. Pengalaman Eglantyne Jebb dalam perang dunia I di Semenanjung Balkan sewaktu menjadi sebagai Tenaga Medis Penolong telah mendorong dia tentang perlunya tindakan yang berkesinambungan guna melindungi kepentingan anak. Deklarasi Jenewa tahun 1924 menyatakan bawa laki-laki dan perempuan dari segala bangsa menerima kewajiban yang menuntut bahwa anak-anak harus diberikan sarana yang perlu untuk perkembangannya yang normal, baik secara materi maupun spiritual. Dalam mukadimahnya dinyatakan bahwa umat manusia berkewajiban memberikan kepada anak-anak apa yang terbaik yang dapat diberikannya.

Dalam perkembangannya kemudian, muncul beberapa deklarasi lain sehubungan dengan hak asai anak, yaitu:
  1. Konvensi tentang Hak-Hak Anak yang disetujui dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 20 November 1989.
  2. Konvensi International Labour Organization (ILO) nomor 182 mengenai pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Di Indonesia konvensi ini diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi International Labour Organization (ILO) nomor 182 mengenai pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
  3. Konvensi International Labour Organization (ILO) nomor 138 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. Di Indonesia, konvensi ini siratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi International Labour Organization (ILO) nomor 138 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja.
  4. Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia. Di Indonesia, konvensi ini diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang pengesahan konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawai atau merendahkan martabat manusia.
Di Indonesia, instrumen hukum perlindungan terhadap anak tersebar dalam beberapa peraturan. Beberapa instrumen hukum tersebut antara lain: Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, Keppres nomor 77 tahub 2003 tentang pembentukan komisi perlindungan anak Indonesia. Sedangkan payung hukum terhadap pengakuan hak asasi manusia terdapat pada ketetapan majelis permusyawaratan rakyat nomor XVII/1998.

Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang pengadilan anak terdapat prinsip dasar yang harus dilaksanakan, yakni: Prinsip Non Diskriminasi, Kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Serta prinsip penghargaan terhadap pendapat anak. Yang dimaksud dengan asas kepentingan terbaik bagi anak adalah bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.


Peradilan dan Perlindungan Anak
Anak membutuhkan Peradilan dan Perlindungan yang layak
Dalam pasal 37 d Konvensi Hak Anak disebutkan bahwa: setiap anak yang dirampas kebebasannnya harus diperlakukan secara manusiawi dan menghormati martabat manusia yang melekat dan dalam suatu cara dan mengingat akan kebutuhan-kebutuhan orang pada umumnya. Terutama setiap anak yang dirampas kebebasannya harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali penempatannya itu dianggap demi kepentingan si anak dan harus mempunyai hak untuk mempertahankan kontak dengan keluarga melalui surat meneyurat dan kunjungan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang luar biasa. Khusus mengenai anak yang dirampas kebebasannya, setiap anak berhak untuk:
  1. Mendapatkan perlakukan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa.
  2. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
  3. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum.
  4. Untuk anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum, berhak untuk dirahasiakan. (Pasal 17 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak). 
Persoalan dimulai ketika menginjakkan kaki di lembaga permasyarakatan. Kemudahan akses bertemu dengan anak, akan disamakan dengan akses bertemu dengan orang dewasa. Hal ini berdampak akan menyulitkan pembesuk untuk bertemu dengan anak. Setidaknya, lamanya waktu untuk menunggu akan bertambah. Kedua, sewaktu di[anggil keluar, anak biasanya akan melewati beberapa blok yang dijaga oleh orang dewasa. Ketiga, tempat besuk yang dijadikan satu dengan para narapidana dewasa juga menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri.

Faktor kedua adalah aktivitas keseharian mereka. Di dalam lembaga permasyarakatan, aktivitas anak sangat terbatas dan dibatasi oleh tembok-tembok. Interaksi anak tidak hanya dengan sebayanya atau dengan petugas, akan tetapi juga dengan narapidana dewasa. Apalagi pada waktu istirahat, mereka akan bersama-sama berbaur dengan kelompok dewasa. Apalagi dengan adanya pengelompokan narapidana dewasa, sekedar berbicara atau dekat dengan salah satu kelompok berarti akan menciptakan ketegangan yang dapat saja berujung dengan konflik.

Faktor ketiga adalah kesehatan, higinisitas dan kandungan gizi makanan. Beban kapasitas yang melebihi ketentuan dengan ketersediaan anggaran dari pusat, pilihan untuk mengurangi porsi atau mengurangi kualitas makanan adalah pilihan yang burutk tetapi tidak dapat dihindari. Pengistimewaan kualitas makanan bagi anak juga akan menambah beban kerja dan lebih menambaha anggaran sehingga kecil kemungkinan dapat dilaksanakan. Pengurangan kualitas makanan akan berdampak pada kesehatan di masa pertumbuhan anak. Belum lagi pada masa itu adalah masa dimana anak semestinya berada di sekolah.

Faktor keempat adalah petugas yang seringkali tidak mendapatkan pelatihan khusus dalam mengurus anak. Tidak dibekalinya secara khusus petugas akan mengakibatkan perlakuan yang menyamakan narapidana dewasa dengan anak.